#Luhan POV
Jadi, malam itu aku mengajak
kekasihku ke suatu restoran elit yang
sengaja aku sewa hanya untuk kami
berdua. Aku akan melamarnya.
Suzy duduk manis di kursi,
sebelumnya aku telah memesan kue
yang rencananya akan jadi kue
kejutan karena di dalamnya ada
cincin.
Umurku memang baru 18 tahun saat
itu, tapi hatiku matang untuk melamar
gadis terindah ini. Satu-satunya orang
yang mampu meluluhkan hatiku, rupa
maupun hati yang begitu indah dan
ceria. Sangat berwarna.
"Aishh Luhan, cantik banget
Restorannya. Kamu baik banget!"
ucapnya girang sambil menggenggam
tanganku. Aku tersenyum.
Pelayan yang ditunggu akhirnya
datang membawakan kue yang aku
mau, "Ah brownis kesukaan aku?
Astaga Han, kamu ya bener-bener the
best!" Suzy memukul lenganku
manja kemudian langsung memakan
kue itu dengan lahap.
Dia tersenyum-senyum dengan mulut
penuh tapi tiba-tiba dia terbatuk,
"Uhukkk... Uhukkk... Aargg.. Aah..."
Suzy terbatuk memegang lehernya.
Astaga jangan-jangan cincinnya
termakan.
"PELAYAN! MINUMNYA MANA?!!"
teriakku panik sambil meraba meja
yang cuma ada hiasan.
Tiba-tiba pelayan datang, "Ada apa
mas?"
"Ah banyak bacot!" teriakku. Tanpa
melihat, aku langsung merampas
botol yang pelayan bawa dan
meminumkannya ke Suzy. Tapi
betapa shocknya aku melihat ternyata
botol itu adalah baygon isi ulang.
Pelayan pun begitu shock.
Aku terpukul, Suzy harus meninggal
di hari yang sangat special buat kami.
Keluarga Suzy menuntut keluargaku
hingga hartaku semuanya habis.
-----
"Tragis sekali kehidupanmu.." desis
Sehun, cowok Jepang yang menjadi
bosku.
"Gitu lah boss, semenjak 5 tahun lalu,
aku tidak pernah lagi pacaran. Hatiku
belum bisa menerima gadis lain.
Hidupku cuma disibukkan mencari
uang demi sesuap nasi.."
"Well, kau sangat setia ya.. Itulah
kenapa aku sangat tergila-gila dengan
pria korea" ucap Sehun.
Aku tercengang, "Hah? Maksud bos?"
Sehun meraih tanganku, "Jangan
memanggilku Bos, panggil saja aku
Sehun. Well... Aku gay," ucapnya.
Aku yang duduk di kursi bersebelahan
dengannya langsung menjaga jarak,
"Emmh.. Ini bohong kan?" tanyaku.
Sehun hanya tersenyum sambil
mengangkat bahunya.
"Han, kau sangat menarik. Jika kau
hidup bersamaku, aku jamin hidupmu
akan sejahtera.." janjinya sambil
mengusap tanganku.
Sehun pria yang sebaya denganku,
sekitar 25 tahun, rambut dan matanya
coklat dengan kulit yang sangat putih
dan bibir yang sangat indah saat
tersenyum. Dia berasal dari Jepang
yang hidup di Korea dari kecil dan
bolak balik dari negara asalnya
sehingga dia cukup tau kehidupan gay
di luar sana namun bahasa
koreanya fasih.
Dari awal berkerja di tempatnya, dia
memang sangat baik denganku bahkan
sudah seminggu aku dibolehkan
tinggal di apartementnya, tapi diluar
dugaan ternyata dia menaruh hati
denganku.
Aku yang sangat membutuhkan uang
tentu saja tergiur meskipun aku bukan
gay. Tapi aku bingung, ini bukan
permainan yang sepele yang bisa
diterima tanpa resiko.
Sehun mendekat dan mengecup pipiku,
tercium aroma tubuhnya yang begitu
manly. Aku terpaku, sosoknya
memang akan menawan semua hawa
tapi... Ini sulit buatku.
"Kau terlihat tegang.." ucap Sehun
sambil memijat pundakku. Dia
semakin merapat aku jadi gugup.
Sehun memelukku, "Tubuh mungilmu
nyaman sekali dipeluk," bisiknya
sambil menjilat kupingku. Aku
mendorong dadanya, wajahku
memerah.
"Maaf, aku tidak bisa..." ucapku
menunduk.
"Tidak bisa apa?" katanya yang
meletakkan tangan di pahaku.
"Aku bukan gay..." desisku.
"Tapi aku akan membuatmu bahagia
jauh dari pada kekasihmu yang dulu."
Bullshit menurutku, tapi mengingat
orang tuaku yang terpaksa ke desa
dan hidup susah aku pun harus
berubah pikiran. Aku memantabkan
hati menerimanya. Aku menelan air
liurku sebelum mengangguk.
"Kau pria korea yang membuatku
mabuk dari awal pertemuan kita..."
Dia menjilat leherku. Aku meremas
pinggangnya kemudian menatapnya,
kami bertatapan sangat dalam.
Kami berciuman kemudian malam itu
menjadi liar dan tak terkendali hingga
'tragedi' itu terjadi. Kami bercinta.
-------
Pagi harinya aku membuka mata
perlahan, terasa hangat ternyata Sehun
memelukku sepanjang malam, dia
masih tertidur nyenyak.
Aku sedikit memekik saat bergerak,
tubuhku sakit.
Aku melihat sekujur tubuhku ada
banyak tanda merah terutama leher
dan dadaku, wajahku memerah.
Aku berusaha bergerak, tidak mungkin
aku bisa menjadi slavenya
selamanya, ini terlalu menyakitkan.
Aku harus cari akal untuk kabur.
Aku bergerak ke arah pakaiannya yang
berserakan di lantai, aku menemukan
dompet di celananya. Kubuka ada
banyak uang dan kartu kredit, mataku
jadi hijau.
Aku memakai pakaianku dengan
cepat. Aku masukkan dompetnya
dalam kantongku.
Tapi rasanya ini belum cukup, aku
berjalan ke arah lemari. Mengubrak-
abrik pakaiannya berharap ada
banyak uang ataupun perhiasan, harus
kuhabisi. Maaf Sehun, keadaan yang
memaksaku.
Saat aku menemukan tiga gepok uang
di balik baju aku langsung girang tapi
tiba-tiba aku shock merasakan ada
yang melingkar di pinggangku, damn!
Tangan Sehun!
Dia memelukku dan menggesekkan
tubuhnya, aku bisa merasakan
kejantanan besarnya yang menegang
bergesekan di bokongku, "Sayang, kau
mau uang itu? Ambillah.. Anggap itu
perwujutan cintaku padamu.."
bisiknya sambil memainkan lidahnya
di kupingku.
Lututku gemetaran, wajahku memerah
maksimal. Sial aku ketahuan!!! dia
bisa melakukannya lagi. Aku tak
sanggup jika harus merasakan
kejantanannya di dalamku lagi. Luar
biasa memang, aku sampai klimaks
tiga kali tanpa disentuh penisku, tapi
kejantanannya sangat kuat dan tahan
lama. Itu membuatku gila kesakitan.
Perutku sampai keram karena doggy
style tadi malam.
Aku membalikkan tubuh, kuraba
dadanya dengan senyuman canggung.
"Umm kau sepertinya perlu mandi?"
desisku lembut.
"Fine! Kita mandi berdua!"
"No!! Gak, aku lagi gak mood mandi.
Nanti saja aku menyusul."
Dia menggenggam dua tanganku dan
mengecupnya, "Ayolah.. Kumohon.."
ucapnya memelas. Aku memejamkan
mata pasrah dan menghela nafas
karena tak mampu menolaknya. Dia
pun menggendongku ke kamar mandi,
mandi yang awalnya normal namun
berujung pemuasan birahinya.
Sehun benar-benar gila!! Dia maniak,
yang benar saja, dalam sehari kami
melakukan 'itu' berkali-kali, aku
benar-benar menderita. Dia bilang
tiap kali melihatku dia selalu horny,
lalu buat apa dia bolos kerja hanya
untuk melihatku!!
Ditambah lagi dia mengurungku,
apartemen mewah ini seolah jadi
sangkar saja, aku tak bisa kemana-
mana, pintu dikunci dan lewat jendela
adalah ide tergila. Aku berada di lantai
22!!
Sehun memang memperbolehkanku
keluar tapi harus berada di
sampingnya. Aku risih ketika dia
memperlakukanku dengan mesra di
depan umum, ada banyak mata
memperlihatkan kami.
Di restoran dia mengecup tanganku,
dia mall dia merangkul pinggangku, ya
paling ekstrime dia mengecup pipiku
walau aku memekik kesal. Dia
tertawa dan menganggap aku cute
saat aku marah, memanjaku dan
mesra padaku layaknya dia
memperlakukan wanita.
Well, sebenarnya sifatnya manis juga.
Benar kata orang jika pria Jepang itu
romantis. Walau aku masih sangat
risih. Aku bingung, apakah aku sudah
menjadi gay? Jujur, aku jijik. Tapi
tubuhku merespon lain, tubuhku
seolah terlonjak menikmati
sentuhannya yang tak pernah aku
rasakan bersama orang lain
sebelumnya. Namun logikaku
menolak habis-habisan, ini salah..
Menjijikan.
Dan hari itu, membuatku lebih shock.
Aku terpaku menatap hasil
pemeriksaan. Ini gila!!! Hamil?
Bagaimana bisa?
Aku frustasi, kucengram rambutku
dengan geram. Sedangkan Sehun yang
ada di sampingku tersenyum
merekah, "Ini keajaiban buat kita
sayang.." ucapnya dengan nada
manis.
Aku menatap dingin dan pergi dari
tempat itu tanpa mengatakan apapun.
Sehun mengejarku, menggenggam
lenganku walau aku tepis berkali-
kali. "Kau kenapa?" tanyanya khawatir
saat aku berhasil dia tarik ke
pelukannya.
"Kau tanya aku kenapa? Menurutmu?
Ini gila.." desisku dingin sambil
mendorong dadanya. Aku kembali
berjalan. Aku tak tau harus
bagaimana.
Aku benar-benar takut, canggung,
bingung.. Bahkan ketakutanku
melebihi seorang cewek yang hamil di
luar nikah. Bagaimana tidak? Aku
laki-laki, dan aku hamil. Damn, it's
crazy...
Tanpa sadar, air mataku berhamburan.
Aku berlari kencang sambil berusaha
menyembunyikan mata basahku.
Tapi kembali, Sehun menarikku dan
mendekapku erat, "Aku mengerti akan
ketakutanmu, tapi satu hal yang perlu
kau tau. Aku mencintaimu dan aku
akan bertanggung jawab. Jangan
kabur dariku. Jalani masalah ini
berdua denganku, maka akan terasa
ringan. "
Sehun mengecup kepalaku, aku
bergetar hebat karena tangisku.
Bagaimana dengan keluargaku?
Bagaimana jika ada yang tau? Aku
bisa malu.
"Bisa kita pulang sekarang? Atau kita
ke minimarket terdekat dulu.. Aku
ingin membeli beberapa susu nutrisi
buat baby kita.." Sehun mengecup
keningku, aku mendongak ke arah
pemuda tampan itu. Aku tidak bisa...
Bagaimana pun aku menyesalinya,
kenapa harus aku yang memiliki
posisi sekarang?
Aku ingin menjauh dari Sehun, semakin
aku ada di dekatnya, semakin banyak
hal gila yang terjadi.
Sering aku mencoba kabur, selalu
gagal. Sehun terlalu pintar untuk aku
kelabui. Aku mencoba membuatnya
jenuh dengan bertingkah memuakkan,
menghambur-hamburkan uangnya
atau bersikap kasar dengannya. Tapi
dia hanya tersenyum sambil
menciumku, "Pasti bawaan baby.."
hanya itu yang keluar dari bibirnya.
Aku terperangah.
Walau kuakui, masa kehamilan dua
bulan ini memang membuatku lebih
sensitif dan uring-uringan apalagi Aku
yang masih belum bisa menerima
kenyataan sering menangisi keadaan
atau menyiksa diri. Aku malas makan
apapun, aku hanya berbaring sambil
memeluk guling. Tubuhku lemah. Aku
selalu menolak jika dia minta dilayani,
tapi Sehun tetap sabar dan tersenyum
lembut. Dia memelukku dari belakang
dan mengusap perutku yang masih
datar itu, "Papa akan jaga baby baik-
baik.." desisnya lembut sambil
mengecup tengkukku.
Tapi aku bergidik. Aku kesal... Aku
muak berada di dekatnya. "Aku mau
tidur di sofa saja..." desisku dingin
sambil menyeret guling. Sehun terlihat
shock dan melompat dari kasur.
"Sweety, kau kenapa? Apa salahku?
Tolong tetap di dekatku.." ucapnya
sambil menggenggam tanganku.
"Baby bilang dia malas di dekat
papanya.." ucapku dingin tanpa
menatapnya.
"Tapi..." Sehun menggantungkan kata-
katanya hingga jari-jari kami yang
awalnya bertautan mulai terlepas.
Aku mulai merebahkan tubuhku di sofa
yang cukup empuk, sayangnya aku
hanya membawa guling tanpa selimut.
Sepertinya akan jadi malam yang
dingin buatku. Sehun tak ada, dia tak
menyusulku. Entah mengapa aku
merasa ada yang hilang? Sial.. Gak
mungkin..
Lagi pula, kami hanya terbatas satu
tembok, buat apa aku memikirkannya?
Aku mencoba memejamkan mata,
berguling ke kanan, ke kiri tak bisa
juga tidur. Di otakku hanya ada Sehun.
Apakah aku merasa bersalah? Well,
aku cukup terhenyak jika menatap
mata coklatnya itu memelas.
Terkadang dia imut seperti bayi, mata
itu menunjukkan sebuah kepolosan
yang pure.
Tapi aku masih bingung, Sehun itu
tinggi, tampan dan mapan. Dia bisa
saja mendapatkan siapapun yang dia
mau. Tapi kenapa aku? Aku hanyalah
cowok biasa yang berkulit putih,
berwajah oriental dan tak memiliki
kemampuan apapun. Aku juga bukan
orang yang pandai berbicara, tidakkah
dia bosan padaku?
Aku langsung pura-pura tidur saat
melihat ada cahaya yang menyilaukan
mataku, pintu kamar kami terbuka.
Aku yang berpura-pura memejamkan
mata , dapat melihat Sehun yang
menjinjit ke arahku.
Dia berjongkok di hadapanku
kemudian berbisik, "Sweety.. Apakah
kau sudah tidur?" tanyanya.
Aku hanya diam, masih berpura-pura
tidur, "Ehem.. Sepertinya kau sudah
ada di alam tidurmu.." desisnya.
Sehun menyelimutiku dengan selimut
kami, hingga selimut itu menutupi
daguku.
Aku bisa merasakan tangannya
menggenggam tanganku di balik
selimut, "Aku harus bagaimana lagi..
Apakah aku kalah? Sudah lama kita
bersama tapi sepertinya belum juga
mampu mendapatkan hatimu...
Sepertinya aku salah jika
menganggap harta yang aku miliki
bisa menaklukanmu. Mungkin
tubuhmu iya, tapi hatimu... Kau sangat
dingin."
Rasanya detak jantungku berdetak
lebih kencang mendengar suara
paraunya yang sexy saat berbisik.
"Aku sudah berusaha semampuku,
memberikan kenyamanan yang
maksimal, tapi sepertinya semua ini
sia-sia. Aku sempat berpikir ingin
melepaskanmu, tapi kehamilanmu
menjadi kewajibanku. Sayang, aku tak
perduli seberapa keras kau
menolakku, mengusirku.. Aku akan
tetap selalu bersamamu." Sehun
menarik tanganku, mengecup
jemariku. Tubuhku jadi dingin
mendadak. Apakah Sehun bisa
merasakan tangan dinginku yang
berkeringat?
"Aku senang jika bisa memiliki
keturunan, jadi semua hartaku ada
yang mewarisi. Aku.. Emhhmm.. Aku
mencintaimu sayang, aku hanya ingin
di detik-detik terakhir nafasku, aku
bisa membuat kehidupan seseorang
yang aku cintai menjadi lebih berarti.
Maaf selama ini aku seolah
mengandangmu, aku hanya takut
sendiri... Aku tak mau kau pergi..
Waktuku sudah.. Ehmm.." suara Sehun
mendadak tercekat, aku bisa
mendengar dia terisak. Tanganku
yang menempel di dadanya mendadak
basah oleh sesuatu yang mengalir dari
wajahnya.
Dadaku sesak, apa-apaan ini? Sehun
kenapa?
Jujur aku tak tenang, apa dia
mengidap penyakit yang mematikan?
Tapi aku tak pernah melihatnya sakit-
sakitan!
Aku yang tak mampu menahan rasa
penasaranku akhirnya angkat suara,
"Kau kenapa? Kau sakit apa?!"
tanyaku dengan nada tinggi, aku pun
membenarkan posisi dudukku.
Sehun terlihat shock, dengan cepat dia
menghapus air matanya. Dia
tersenyum, "Kau bangun? Sejak
kapan?"
"Kau belum menjawab pertanyaanku!!"
bentakku. Terlihat wajahnya lesu, dia
menunduk.
"Lihat aku, kau kenapa?" lirihku
sambil menarik dagunya.
"Aku mencintaimu.."
"Menyebalkan, bukan itu jawaban
yang aku mau.." dengusku kesal
sambil melipat tangan di dada.
Sehun berdiri, dia berjalan perlahan
menuju sebuah laci dan mengambil
amplop yang diserahkan padaku. Aku
membuka amplop itu tergesa,
"Ventracular Septal Defect?" tanyaku
bingung menatap hasil chek up
kesehatannya.
"Ya.. Jantung berlubang, penyakit
bawaan dari lahir. Aku beruntung bisa
bertahan selama ini.. Walaupun, aku
bisa merasakan waktuku tak lama
lagi." ucapnya santai.
Aku terdiam menatap kertas itu
dengan tatapan tak percaya, aku
meremasnya dengan kesal dan
melemparnya. Aku hanya terdiam
sambil menjilat bibirku yang kering,
aku menatap langit.
Sehun yang duduk berlutut meletakkan
tangannya di pahaku, dia mengecup
perutku. "Aku mencintaimu.. Izinkan
aku membuat hidupmu lebih berarti
sebelum aku.."
"Jangan katakan itu!!" bentakku. Aku
memeluk kepalanya, aku menangis
deras, dadaku sesak sekali rasanya
ketika mengetahui dia akan
meninggalkanku dalam waktu dekat.
Oh God... I love him...
Copyright Hamil by Yanz